Konsep Ekosistem Pertanian (Agroekosistem)

AGROEKOSISTEM

A.    Konsep Ekosistem Pertanian (Agroekosistem)
Agroekosistem adalah komunitas tanaman dan hewan yang berhubungan dengan lingkungannya (baik fisik maupun kimia) yang telah diubah oleh manusia untuk menghasilkan Pangan, pakan, serat, kayu bakar, dan produk- produk lainnya.
Pengertian lain tentang agroekosistem adalah, bahwa agroekosistem merupakan salah satu bentuk ekosistem binaan manusia yang bertujuan menghasikan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan manusia.
Konsep agroekosistem adalah sistem ekologi yang terdapat didalam lingkungan pertanian, yang biasanya merupakan sistem alami yang terjadi setelah dibentuk oleh manusia.[1]
Atau dalam arti lain agroekosistem adalah suatu kawasan tempat membudidayakan makhluk hidup tertentu meliputi apa saja yang hidup di dalamnya serta material lain yang saling berinteraksi. Agar lebih mudah difahami, dapat diartikan lahan pertanian dalam arti luas, termasuk kedalamnya hutan produksi dengan komoditas tanaman industry (HTI), kawasan peternakan dengan lading penggembalaan serta tambak-tambak ikan.
Seperti yang kita ketahui, di dalam suatu ekosistem tentunya terdapat berbagai komponen, dari yang abiotik sampai dengan yang biotik. Di dalam agroekosistem juga demikian, dan antara komponen-komponen tersebut menjalin interaksi satu sama lain yang apabila interaksi tersebut normal, akan terjadi sebuah keseimbangan ekosistem dan sebaliknya apabila tidak normal, atau ada salah satu diantara komponen tersebut yang jumlahnya melampaui batas, missal meledaknya hama maka interaksinya akan terganggu dan tidak akan seimbang.
B.     Komponen Agroekosistem
Agroekosistem meliputi seluruh komponen ekosistem yang berada di lingkungan pertanian, yang meliputi:
1.      Komponen abiotik
a.       Air
Tak kurang dari 50% penyusun tubuh organisme terdiri akan air. Oleh sebab itu, air merupakan salah satu komponen abiotic yang sangat menentukan kelangsungan hidup organisme.  Jika kita perhatikan berbagai daerah di sekitar kita, maka ada daerah yang kaya akan air, tetapi ada pula yang kering. Perbedaan keadaan tersebut menyebabkan cara adaptasi berbeda-beda.
Di dalam agroekosistem, perbedaan keadaan lahan yang berair dengan lahan kering memiliki penanganan yang berbeda dan tentunya berbeda dalam segi varietas tanaman yang ditanam.[2]
b.      Tanah
Tanah merupakan tempat hidup seluruh kehidupan. Sebagian besar penyusun makhluk hidup baik langsung maupun tidak langsung berasal dari tanah.  Oleh sebab itu tak mungkin ada kehiduan tanpa adanya tanah.
Karena sebagian besar kebutuhan makhluk hidup berasal dari tanah, maka perkembangan suatu ekosistem, khususnya ekosistem darat seperti pertanian dan sebagainya sangat dipengaruhi oleh kesuburan tanahnya.  Tanah yang subur adalah tanah yang mampu menyediakan kebutuhan organisme, yaitu banyak kandungan unsur hara makro dan mikro-nya, cukup remah, dan mengandung biomass yang berguna bagi tanaman dan tanah itu sendiri khususnya. [3]
c.       Udara
Udara atau gas merupakan komponen utama dari atmosfer bumi.  Gas-gas di atmosfer ini disamping sebagai selimut bumi, juga sebagai sumber berbagai unsur zat tertentu, seperti oksigen, karbondioksida, nitrogen dan hidrogen.
Di atmosfer, udara juga merupakan komponen utama tanah.  Tanah yang cukup pori/rongganya akan baik pertukaran udara atau aerasinya.  Tanah yang baik aerasinya akan baik proses mineralisasinya. Dengan demikian komponen udara di atmosfer maupun di tanah sangat berpengaruh terhadap kesuburan tanah. Hal ini akan berpengaruh pada tanaman.
d.      Cahaya
Cahaya matahari merupakan komponen abiotik yang berfungsi sebagai sumber energi primer bagi ekosistem.  Seperti yang kita ketahui, pada aliran energy yang bersumber dari matahari yang kemudian diserap dan digunakan tanaman ataupun tumbuhan dalam proses fotosintesis.  Kemudian tumbuhan dimakan oleh konsumen I, dan seterusnya sebagaimana yang kita lihat pada rantai makanan.  Penyebaran  cahaya matahari ke permukaan bumi tidaklah merata. Oleh sebab itu, organisme mempunyai cara menyesuaikan diri dengan lingkungan yang intensitas dan kualitas cahayanya berbeda.
e.       Suhu
Setiap makhluk hidup memerlukan suhu lingkungan tertentu, hal itu karena pada setiap tubuh makhluk hidup akan berlangsung proses kimia yang berkitan erat dengan suhu. Tak terkecuali pada tanaman, yang juga memerlukan suhu optimum untuk metabolisnya.  Tinggi rendahnya suhu suatu lingkungan mempengaruhi varietas apa yang cocok untuk di tanam di sana.
Suhu tanah yang rendah akan berakibat absorpsi air dan unsur hara teganggu, karena transpirasi meningkat. Apabila kekurangan air ini terus-menerus tanaman akan rusak. Suhu rendah pada kebanyakan tanaman mengakibatkan rusaknya batang, daun muda, tunas, bunga dan buah.Besarnya kerusakan organ atau jaringan tanaman akibat suhu rendah tergantung pada keadaan air, keadaan unsur hara, morfologis dan kondisi fisiologis tanaman. Pada suhu maksimum, jaringan tanaman akan mati. Suhu yang baik untuk tanaman dalah suhu maksimum.[4]
f.       Kelembapan
Kelembapan adalah kadar air pada udara. Kelembapan udara mempunyai pengaruh yang besar terhadap keersediaan air dalam tubuh. Tersedianya air dalam tubuh berperan besar dalam menunjang proses metabolisme. setiap organisme mempunyai kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan yang kelembapannya berbeda-beda.
Dengan begitu, tingkat kelembapan pada suatu wilayah akan mempengaruhi jenis varietas, OPT, kondisi tanah, dan penanganannya tentunya.
g.      Arus angin
Arus angin mempunyai pengaruh yang besar terhadap perikehidupan tumbuhan.Di samping itu, arus angin juga berpengaruh dalam menjaga kesuburan tanah suatu lingkungan.
Pada daerah yang arus anginnya kencang, hanya jenis tumbuhan yang mempunai perakaran kuat dan berbatang liat yang dapat bertahan hidup.  Sedangkan tumbuhan yang perakarannya tidak kuat dan batangnya tidak liat, maka akan mudah terangkat atau patah oleh kencangnya angin.
h.      Derajat keasaman / pH
Derajat keasaman atau pH pada media memberi pengaruh yang besar terhadap distribusi organisme. Pada lingkungan yang berbeda  pH-nya akan berbeda pula organisme yang hidup disana. Hal tersebut karena ada beberapa jenis organisme yang hidup di medium yang netral, da nada juga yang suka hidup di media masam dan ada pula yang menyukai medium yang bersifat basa.
Dalam agroekosistem ataupun pertanian, berdasarkan derajat keasamannya memiliki penanganan yang berbeda-beda.Daerah yang memiliki derajat keasaman yang tinggi biasanya adalah daerah gambut.
i.        Iklim
Iklim merupakan komponen abiotik yang terbentuk sebagai hasil interaksi berbagai komponenabiotik lainnya, seperti kelembapan udara, suhu, curah hujan, dan lain-lain.
Perbedaan iklim dengan cuaca adalah, cuaca merupakan keadaan atmosfer dalam waktu tertentu dan pada area yang terbatas.Sedangkan iklim adalah rata-rata keadaan cuaca dalam waktu yang lama dan dalam tempat yang luas.
Iklim suatu daerah sangat menentukan jenis tanaman dan hasil produksi pertaniannya. Perubahan iklim yang tiba-tiba, akan membuat petani kewalahan terutama dalam menentukan waktu tanam, atau bahkan bisa berakibat gagal panen. Bukan hanya itu, akibat iklim tertentu juga dapat menyebabkan meledaknya suatu populasi hama, dan berakibat fatal pada tanaman budidaya petani.
Organisme penganggu tanaman (OPT) merupakan faktor pembatas produksi tanaman di Indonesia baik tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan. Organisme pengganggu tanaman secara garis besar dibagi menjadi tiga yaitu hama, penyakit dan gulma. Hama menimbulkan gangguan tanaman secara fisik, dapat disebabkan oleh serangga, tungau, vertebrata, moluska. Sedangkan penyakit menimbulkan gangguan fisiologis pada tanaman, disebabkan oleh cendawan, bakteri, fitoplasma, virus, viroid, nematoda dan tumbuhan tingkat tinggi.Perkembangan hama dan penyakit sangat dipengaruhi oleh dinamika faktor iklim. Sehingga tidak heran kalau pada musim hujan dunia pertanian banyak disibukkan oleh masalah penyakit tanaman sperti penyakit kresek dan blas pada padi, antraknosa cabai dan sebagainya. Sementara pada musim kemarau banyak masalah hama penggerek batang padi dan hama belalang kembara.
Pada hakikatnya, iklim sangat berpengaruh pada kesuburan ta tanah dan tumbuhan, banyaknya tumbuhan juga berpengaruh pada iklim, namun tanah yang subur tidak berpengaruh pada tumbuhan.
j.        Topografi
Topografi adalah altitude dan latitude suatu tempat.Topografi mempunyai pengaruh besar terhadap penyebaran makhluk hidup, yang tampak jelas adalah penyebaran tumbuhannya. Demikian pada pertanian atau agroekosistem, topografi juga sangat menentukan jenis varietas, pengelolaan lahan dan lain-lainnya.Missal pada daerag lereng gunung, pengelolaan lahan biasanya dibuat perundakan pada penanaman padi, atau pada daerah puncak yang biasanya digunakan untuk perkrbunan teh.

k.      Garam mineral
Tumbuhan mengambil zat hara dari tanah atau air di lingkungan berupa larutan ion garam-garam mineral. Ada tanaman yang mampu menyerap unsur-unsur tertentu dari tanah tanpa bantuan orgnisme lain. Namun ada juga tumbuhan yang untuk mendapatkan suatu unsur memerlukan oranisme lain. Misal pada tanaman atau tumbuhan polong-polongan yang memerlukan bantuan bakteri rhizobium untuk mmengikat unsur N dari udara.
l.        Pestisida
Pestisida adalah substansi kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama dalam arti luas (jazat pengganggu). Pestisida juga merupakan factor penting dalam fagroekosistem. Penggunaan pestisida dapat embantu petani dalam melindungi tanamannya dari OPT, namun pemakaian pestisida juga ada yang memberi dampak buruk, baik bagi tanaman atau lingkungan sekitar.
m.    Teknologi
Teknologi sangat dibutuhkan dalam pertanian.Mulai dari tahap pembenihan ada yang disebut dengan teknologi benih, sampai dengan pemanenan dan pasca panen.Teknologi berperan dalam menghasilkan varietas unggul demi mendaatkan haasil produksi yang maksimal dan mampu bersaing di pasaran, serta menciptakan pertanian yang berkelanjutan.
2.      Komponen Biotik
a.       Manusia
Di dalam agroekosistem ataupun ekosistem buatan manusia yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan manusia, manusia sangat berperan penting di dalamnya, mulai dari persiapan awal sampai dengan pasca panen, dan bahkan sebagai konsumen hasil produksi.[5]
b.      Biota tanah
Di dalam tanah, berdasarkan berdasarkan fungsinya dalam budidaya pertanian secara umum terdapat dua golongan jasad hayati tanah, yaitu yang mrnguntungkan dan yang merugikan. Berdasarkan spesifikasi fungsinya, jasad hayati tanah digolongkan menjadi:
Ø  Jasad fungsional, contohnya bakteri nitromonas dan nitrobacter yang berperan dalam nitrifikasi, bakteri rhizobium alam fiksasi N-bebas, endomikoriza dalam penyediaan dan penyerapan hara P oleh tanaman.
Ø  Jasad nonfungsional, contohnya media decomposer bahan organic.
c.       Hewan ternak
Kehadiran hewan ternak seperti kerbau juga dapat menjadi komponen yang menguntungkan dalam pertanian, terutama dalam tipe persawahan. Kerbau dapat digunakan sebagai alat bantu manusia dalam membajak sawah secara tradisional.
d.      Pathogen
Pathogen dapat diartikan sebagai mikroorganisme yang menyebabkan timbulnya penyakit pada tanaman.
e.       Gulma
Gulma adalah tumbuhan yang tidak dikehendaki, atau tumbuhan yang umbuh tidak sesuai dengan tempatnya.Kehadiran gulma pada suatu lahan pertanian menyebabkan berbagai kerugian yakni menurunkan ngka hasil, menurunkan mutu hasil, menjadi inang alternative hama atau patogen, mempersulitpengolahan dan mempertinggi biaya produksi, dapat menumbuhkan zat beracun dari golongan fenol bagi umbuhan lainnya, dan mengurangi debit dan kualitas air.
f.       Hama
Ada beberapa hama yang dikenal dalam pertanian yakni Nematoda parasitic tanaman, serangga hama tanaman, tungau, siput, hewan vertebrata, satwa liar dan burung.


C.      Tipe Agroekosistem
1.      Berdasarkan jenis sampai varietas tanaman yang ditanam, diantaranya:
a.       Monokultur, yaitu satu jenis atau satu varietas tanaman saja yang di tanam dalam agroekosistem.
Gambar: penerapan sistem monokultur
b.      Polikultur, yaitu penanaman lebih dari satu jenis atau varietas tanaman dalam satu kawasan agroekosistem. Meliputi: tumpang sari (Multiple cropping), tanam lajur (Intercropping) dan tanam bergilir lebih dari satu jenis atau varietas tanaman (alleycropping).
Gambar: penerapan sistem polikultur Kelapa dan bunga Tagetes erecta di India.
2.      Berdasarkan kondisi lahan, meliputi:
a.       Lahan kering
Lahan kering adalah lahan yang dapat digunakan untuk usaha pertanian dengan menggunakan air secara terbatas dan hanya mengaharapkan dari curah hujan.[6]
Gambar: salah satu penampakan lahan kering
b.       Lahan basah
Lahan basah adalah wilayah daratan yang digenangi air atau memiliki kandungan air yang tinggi, baik permanen maupun musiman. Ekosistemnya mencakup rawa, danau, sungai, hutan mangrove, hutan gambut, hutan banjir, limpasan banjir, pesisir, sawah, hingga terumbu karang.[7]
Gambar: salah satu penampakan lahan basah
c.       Gambut
Gambut adalah jenis tanah yang terbentuk dari akumulasi sisa-sisa tumbuhan yang setengah membusuk; oleh sebab itu, kandungan bahan organiknya tinggi.[8]
Gambar: penampakan lahan gambut
d.      Rawa
Lahan rawa adalah lahan yang tergenang secara terus menerus akibat drainase buruk.  Lahan rawa di bagi menjadi dua, yaitu rawa lebak dan rawa pasang surut.  Lahan rawa pasang surut merupakan lahan yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. [9]
Gambar: penampakan lahan rawa
3.    Berdasarkan penggunaan lahan, yaitu:
a.       Perkebunan
Perkebunan merupakan usaha penanaman tumbuhan secara teratur sesuai dengan ilmu pertanian dan mengutamakan tanaman perdagangan. Perkebunan penting bagi bahan ekspor dan bahan industri. Jenis-jenis tanaman perkebunan khususnya di Indonesia antara lain karet, kelapa sawit, kopi, teh, tembakau, tebu, kelapa, cokelat, kina, kapas, cengkih.[10]


Gambar: perkebunan kelapa sawit (kiri) dan perkebunan kopi (kanan)
Gambar: perkebunan kelapa (kiri) dan perkebunan tebu (kanan)
Pada sistem pengairan, pertanian lahan kering, kondisi topogragfi memegang peranan cukup penting dalam penyediaan air, serta menentukan cara dan fasilitas pengairan. Sumber – sumber air biasanya berada pada bagian yang paling rendah, sehingga air perlu dinaikkan terlebih dahulu agar pendistribusiannya merata dengan baik. Oleh karena itu, pengairan pada lahan kering dapat berhasil dan efektif pada wilayah yang datar datar – berombak.
b.       Persawahan
Sawah adalah pertanian yang dilaksanakan di tanah yang basah atau dengan pengairan. Bersawah merupakan cara bertani yang lebih baik daripada cara yang lain, bahkan merupakan cara yang sempurna karena tanah dipersiapkan lebih dahulu, yaitu dengan dibajak, diairi secara teratur, dan dipupuk.
Sawah bukan baru dapat berasal dari lahan kering yang digenangi atau lahan basah yang dijadikan sawah. Hara N, P, K, Ca, dan Mg merupakan pembatas pertumbuhan dan hasil padi pada lahan sawah bukaan baru. Hara N, P dan K merupakan pembatas pertumbuhan dan hasil padi pada ultisol.
Lahan untuk sawah bukan baru umumnya mempunyai status kesuburan tanah yang rendah dan sangat rendah. Tanah-tanah di daerah bahan induknya volkan tetapi umumnya volkan tua dengan perkembangan lanjut, oleh sebab itu miskin hara, dengan kejenuhan basa rendah bahkan sangat rendah.Kandungan bahan organik, hara N, P, K dan KTK umumnya rendah.
Padi (oryza sativa l) tumbuh baik di daerah tropis maupun sub- tropis. Untuk padi sawah, ketersediaan air yang mampu menggenangi lahan tempat penanaman sangat penting.Oleh karena air menggenang terus- menerus maka tanah sawah harus memiliki kemampuan menahan air yang tinggi, seperti tanah yang lempung.
c.       Agriforestri (hutan tanaman)
Praktek agrikultur dengan intensitas rendah seperti perladangan berpindah, pekarangan tradisional, talun, rotasi lahan, menyisakan banyak proses ekosistem alami dan komposisi tumbuhan, hewan dan mikroorganisme. Sistem dengan intensitas tinggi, termasuk perkebunan modern yang seragam dan peternakan besar, mungkin merubah ekosistem secara keseluruhan sehingga sedikit sekali biota dan keistimewaan bentang alam sebelumnya yang tersisa.
d.      Kebun/pekarangan campuran
Pekarangan adalah areal tanah yang biasanya berdekatan dengan sebuah bangunan.Tanah ini dapat diplester, dipakai untuk berkebun, ditanami bunga atau terkadang memiliki kolam. Pekarangan bisa berada di depan, di belakang, disamping sebuah bangunan, tergantung besar sisa tanah yang tersedia setelah dipakai untuk bangunan utamanya.[11]
Lahan pekarangan beserta isinya merupakan satu kesatuan kehidupan yang saling menguntungkan.Sebagian dari tanaman dimanfaatkan untuk pakan ternak, dan sebagian lagi untuk manusia, sedangkan kotoran ternak digunakan sebagai pupuk kandang untuk menyuburkan tanah pekarnagn. Dengan demikian, hubungan antara tanah, tanaman, hewan piaraan, ikan dan manusia sebagai unit-unit di pekarangan merupakan satu kesatuan terpadu.
D.   Interaksi Antar Komponen dalam Agroekosistem
Komponen abiotik dan biotik di dalam agroekosistem saling berinteraksi untuk mencapai keseimbangan ekosistem pertanian. Kebutuhan pangan atau sumber nutrisi bagi faktor biotik tersedia dengan adanya faktor abiotik tanah, air, unsur hara, dan anasir iklim yang mendukung nutrisi dalam tanah maupun udara menjadi tersedia. Adanya daur unsur atau daur biogekimiawi di alam menunjukkan keterkaitan antara faktor biotik dan abiotik.
E.     Faktor yang Dapat Merusak Ekosistem Pertanian
1.       Erosi Tanah
Mendengar istilah ini bukan merupakan suatu hal yang aneh di telinga kita. Erosi tanah adalah bentuk berkurangnya lapisan tanah yang penyebabnya adalah bisa angin atau juga air, bahkan hingga ulah manusia sendiri.  Erosi tanah ini akan memindahkan tanah dari tempat tanah semula berada.  Setidaknya ada tiga tahapan dalam proses terjadinya erosi tanah.
·         Pertama, tanah akan mengalami pengelupasan terlebih dahulu ketika ada angin atau air mengenai permukaan tanah dengan tingkat intensitas yang tinggi.
·         Kedua, tanah mengalami pengangkutan, tanah yang terkelupas tersebut kemudian akan diangkut baik oleh aliran air atau terjangan angin ke permukaan tanah yang tidak lebih tinggi atau rendah.
·         Ketiga, adalah pengendapan tanah, ketika tanah telah berada pada permukaan yang lebih rendah sehingga tidak mungkin untuk mengalami proses pengelupasan lagi maka ditempat yang baru tersebutlah tanah akan mengalami pengendapan. Tahap-tahap tersebutlah yang kemudian menjadi penyebab terjadinya kerusakan tanah.[12]
2.      Pencemaran Limbah Domestik
Limbah ini bisa berbentuk padat dan juga bisa berbentuk cair. Limbah jenis ini merupakan limbah yang berasal dari pemukiman penduduk, pasar, perhotelan. Dan juga dari kelembagaan seperti kantor-kantor pemerintah dan lainya. Oleh karena itu, pengolahan limbah domestik menjadi suatu hal mutlak yang harus dilakukan. Akibat limbah domestik ini kandungan dalam tanah akan terpengaruh dan tanah menjadi rusak.
3.      Pencemaran Limbah Padat
Dinamakan limbah padat sebab limbah jenis ini tidak bisa diolah oleh mikroorganisme menjadi suatu senyawa yang bisa menjadi unsur pembentuk tanah. Limbah ini biasanya berupa plastik, karet, serat, bekas bahan bangunan dan lainnya. Dampak utama dari limbah ini adalah tidak bisa ditambuhkan limbah padat oleh akar tanaman. Tidak bisa ditembusnya senyawa tersebut oleh air sehingga unsur pembentuk mineral tanah akan berkurang, di tambah mikroorganisme yang mampu menyuburkan tanah juga berkurang drastis akibat berkurangnya tanaman di atas permukaan tanah.
4.      Pencemaran Limbah Cair
Limbah cair ini biasanya berupa bahan kimia yang dibuat pabrikan seperti deterjen, oli dan bahan sejenis lainya. Bahaya dari limbah ini adalah dapat membunuh mikro-organisme yang hidup di dalam tanah. Limbah cair ini lebih banyak disebabkan oleh pencemaran limbah pabrik.
5.      Pencemaran Limbah Industri
Sesuai namanya limbah ini berasal dari suatu kegiatan industri yang dilakukan pabrik. Limbah industri ini biasanya mengahasilkan suatu zat beracun yang sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup mikro-organisme di tanah. Limbah ini umumnya seperti zat tembaga, logam dan industri kimia sejenis. Zat yang terkandung dalam logam biasanya berupa Hg, Zn, Pb, Cd. (baca juga:pengolahan limbah industri). Karena mikroorganisme di tanah berkurang maka kesuburan tanah pun juga akan hilang.
6.      Limbah Pertanian
Sudah menjadi kebiasaan masyarakat Indonensia yang lebih suka memakai produk-produk kimia dalam menanggulangi hama atau juga mempercepat tumbuhnya tanaman. Misalnya dengan menggunakan urea dan pestisida untuk memberastas hama dari suatu tanaman. Bahan-bahan tersebutlah yang kemudian justru akan merusak unsur kualitas dari tanah, sebab pestisida ternayata tidak hanya akan membunuh hama saja melainkan juga membunuh mikro-organisme. Macam-macam limbah pertanian ini biasa terdiri dari limbah cair dan juga limbah padat.[13]
7.      Kegiatan Pertambangan
Kegiatan pertambangan juga akan menyebabkan terjadinya kerusakan yang tidak kecil, bahkan kegiatan pertambangan bisa menyebabkan kerusakan yang sangat besar. Pertambangan sangatlah berdampak besar bagi kerusakan segala ekosistem di sekitarnya. Penggalian, penggundulan hutan menjadi penyebab rusaknya tanah disekitar lokasi tambang. Salah satu bukti nyata kerusakan tanah akibat dari pertambangan adalah apa yang terjadi di Papua akibat penambangan Freeport.
8.      Penebangan Hutan
Penebangan hutan sebenarnya sangat berkaitan dengan penyebab pertama berupa erosi tanah. Penggundulan hutan besar-besaran akan menyebabkan daya ikat tanah berkurang sehingga apabila terjadi aliran air yang deras tidak akan ada yang menahan tanah sehingga menyebabkan erosi besar-besaran. Hal tersebutlah salah satudampak penebangan hutan secara liar.
9.      Proses Mekanis Air Hujan
Proses mekanis air hujan yang dimaksud adalah suatu bentuk peristiwa pengikisan tanah saat hujan turun dengan sangat deras. Tanah akan tergores perlahan-lahan hingga membesar sampai berbentuk hampir sama dengan selokan di daerah yang vegetasinya rendah. Akibat hal tersebut berkubik-kubik tanah akan hanyut ke daerah lain, sehingga tanah bersangkutan akan hilang kualitasnya dan bahkan rusak.
10.  Aktivitas Manusia
Aktivitas pengolahan lahan oleh manusia secara sembarangan tidak memperhatikan kaidah-kaidah pengolahan tanah akan berdampak pada kerusakan tanah secara besar-besaran. Misalnya, secara sembarangan di lahan lereng manusia mengolah lahan tanpa membuat bentuk bidang terasering sehingga mudah sekali lahan terkena erosi.
F.     Dampak Kerusakan Ekosistem Pertanian
1.      Dampak Erosi Tanah
Sebagaimana disinggung di atas, bahwa erosi akan menyebabkan hilangnya atau berpindahkan lapisan permukaan tanah ke bagian lain yang lebih rendah ketinggian tanahnya. Ada beberapa dampak dari erosi ini terhadap tanah yakni:
a.       Produktifitas tanah menjadi menurun.
b.      Unsur hara yang bermanfaat bagi tanaman akan hilang.
c.       Karena kehilangan unsur hara kesuburan tanaman juga menurun.
d.      Rusaknya struktur tanah.
e.       Akan mempersempit lahan yang dapat ditanami.
f.       Karena produktifitas tanah menurun, produktifitas tanaman juga menurun.
g.      Pendapat petani menurun.
2.      Dampak bagi kesehatan
Pemakaian pestisida secara terus menerus akan mencemari unsur-unsur tanah. Sehingga tanah kemudian akan terkandung bahan-bahan kimia. Bahan tersebut kemudian jika terserap oleh tanaman, maka tanaman yang tumbuh di atasnya akan terkandung bahan kimia. Jika hal tersebut terjadi pada lahan pertanian, maka hasil-hasil pertanian yang biasa dijadikan konsumsi rumahan maka akan terserap ke dalam tubuh. Hal itu, kemudian akan membahayakan bagi kesehatan tubuh. Sebagai contoh, Benzena yang bisa menyebabkan leukimia dan air raksa yang menjadi penyebab kerusakan ginjal.[14]
3.      Dampak bagi lingkungan
Dampak utama bagi lingkungan ini adalah khususnya terjadi pada metabolisme tanaman. Rantai makanan dari mikro-organisme yang berkurang akibat pencemaran akan sangat berdampak pada kualitas tanah disekitarnya, sehingga proses metabolisme tanaman akan berkurang. Dampak pencemaran lingkungan tersebut  akhirnya adalah tanah mati yang tidak bisa ditanami tumbuhan jenis apapun.
4.      Dampak bagi lahan
Adapun dampak bagi lahan yaitu terjadinya degradasi lahan. Degradasi lahan adalah menurunnya kualitas lahan sehingga berpengaruh terhadap tingkat produktivitas lahan tersebut.  Menurunnya tingkat produktivitas lahan tersebut mengkibatkan terjadinya lahan kritis.  Lahan kritis adalah lahan yang telah mengalami kerusakan secara fisik, kimia, biologis, atau lahan yang tidak mempunyai nilai ekonomis. Sehingga dengan keadaan ini menyebabkan kegagalan pertubuhan pada tanaman yang akhirnya mengaami kematian.
G.    Cara Menanggulangi Kerusakan Ekosistem Pertanian
Tanah merupakan unsur penting bagi ekosistem pertanian bersama unsur-unsur lain seperti air, udara, cahaya dll.  Sehingga membutuhkan perawatan dan penjagaan agar tidak mengalami kerusakan.  Adapun hal yang dapat dilakukan;
1.      Menanggulangi Pencemaran Tanah[15]
Penanganan khusus terhadap limbah domestik yang berjumlah sangat banyak diperlukan agar tidak mencemari tanah.  Pertama sampah tersebut kita pisahkan ke dalam sampah organik yang dapat diuraikan oleh mikroorganisme (biodegradable) dan sampah yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme (nonbiodegradable).  Akan sangat baik jika setiap rumah tangga bisa memisahkan sampah atau limbah atas dua bagian yakni organik dan anorganik dalam dua wadah berbeda sebelum diangkut ketempat pembuangan akhir.  Sampah organik yangterbiodegradasi bisa diolah, misalnya dijadikan bahan urukan, kemudian kita tutup dengan tanah sehingga terdapat permukaan tanah yang dapat kita pakai lagi; dibuat kompos; khusus kotoran hewan dapat dibuat biogas dll. sehingga dalam hal ini bukanpencemaran tanah yang terjadi tetapi proses pembusukan organik yang alami. Sampah organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme. Cara penanganan yang terbaik dengan daur ulang.  Kurangilah penggunaan pupuk pestisida.  Limbah industri harus diolah dalam pengolahan limbah, sebelum dibuang kesungai atau kelaut.  Kurangilah penggunaan bahan-bahan yang tidak bisa diuraikan oleh mikroorganisme.  Salah satunya dengan mengganti plastik sebagai bahan kemasan/pembungkus dengan bahan yang ramah lingkungan seperti dengan daun pisang atau daun jati.
2.      Mempertahankan Kesuburan Tanah[16]
a.       Konservasi tanah
Kerusakan tanah dapat dikurangi dan dicegah melalui konservasi tanah.  Konservasi tanah yaitu pemeliharan dan perlindungan terhadap tanah secara teratur guna mengurangi dan mencegah kerusakan tanah dengan cara pelestarian.  Teknologi konservasi tanah diterapkan untuk mengendalikan erosi dan mencegah degradasi lahan.  Untuk memanen air dan mencegah kehilangan air melalui aliran permukaan, perkolasi, dan evaporasi diperlukan teknologi konservasi air.  Secara umum ada tiga cara pendekatan pengendalian erosi yang dapat dilakukan dan satu sama lain harus menunjang, yaitu:
·         Cara vegetasi
Hutan, perkebunan dan pola tanam campuran (pertanian terpadu) perlu dikembangkan sesuai dengan fungsinya, yaitu sebagai pelindung tanah dari daya perusak.  Termasuk dalam cara vegetatif dalam usaha konservasi tanah dan air antara lain; rotasi atau pergiliran tanaman, melaksanakan strip crooping, penanaman dengan rumput makanan ternak, menutup tanah dengan mulsa.
·         Cara mekanis
Cara mekanis dalam pengawetan tanah dan memelihara kesuburan tanah merupakan penerapan teknologi sipil untuk mempertahankan, memulihkan, meningkatkan kesuburan tanah.  Pada dasarnya bertujua untuk mengurangi banyaknya tanah yang hilang dari tanah pertanian terutama lapisan top soil.  Cara mekanis ini meliputi; pertama pengolahan tanah yang tepat, yaitu menurut arah contour atau memotong arah kemiingan lereng, pembuatan galengan dan saluran menurut contour.  Kedua, Pembuatan waduk, penghambat, tanggul dsb.  ketiga, pembuatan terras dan sengkedan.  Keempat, pembuatan drainase pada tempat tertentu.
·         Cara kimia
Salah satu usaha untuk mencegah terjadinya pengikisan lapisan top soil adalah memperbaiki struktur tanah.  Usaha memantapkan struktur tanah dapat dilakukan dngan penambahan senyawa kimia baik secara buatan maupun alami.  Pemberian bahan pemantap tanah (soil coditioner) bertujuan untuk meningkatkan daya ikat antara partikel-partikel tanah sehingga dapat memperbaiki sifat fisik tanah seperti aerasi, porositas, dan infltrasi.  Cara pemberian bahan pemantap tanah ke dalam tanah dapat dilakukan dengan penyemprotan langsung ke atas permukaan tanah, dicapur dengan tanah secara merata dan dengan cara memasukkan langsuk ke dalam lubang tanaman.
3.      Penerapan Sistem Pertanian Terpadu
Penerapan sistem pertanian terpadu merupakan sistem pertanian yang meibatkan berbagai disiplin ilmu yang mendukung terlaksananya agroekosistem yang mantap.  Dlam mencapai tujuannya perlu melihat bahwa pertanian merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai subsistem dengan menerapkan teknologi tertentu.  Penerapan sistem pertanian terpadu dilaksanakan dengan berbagai cara, di antaranya “Rounders Type”.  Rounders type adalah suatu pola teknologi pada sistem pertanian terpadu di lahan kering, yang terdiri dari subsistem pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan dan peternakan. Model penerapannya mirip dengan permainan rounders.[17]


[1] Basri Jumin dan Hasan, Agroekologi Suatu Pendekatan Fisiologis, (Jakarta: Rajawali Pers. 2002)
[3] Kemas Ali Hanafiah, Dasar-dasar Ilmu Tanah, (Jakarta: Rajagrafindo Pers. 2005)
[6] https://www.scribd.com/doc/143530519/pengertian-lahan-kering-docx
[7] https://jurnalbumi.com/lahan-basah
[8] https://id.wikipedia.org/wiki/Gambut
[13] Ibid.
[15] Arkanagh44.blogspot.co.id/2008/12/kerusakan-tanah-dan-upaya-html?m=1. 18 Oktober 2017, pukul: 17.50.
[16] Arkanagh44.blogspot.co.id/2008/12/kerusakan-tanah-dan-upaya-html?m=1. 18 Oktober 2017, pukul: 17.50.
[17] Arkanagh44.blogspot.co.id/2008/12/kerusakan-tanah-dan-upaya-html?m=1. 18 Oktober 2017, pukul: 17.50.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HAJI

profil selam31